Sharing is caring. Lets learn together here. *Just posting for reminder and to be remember*

Wednesday, June 10, 2020

Terjebak Modus Penipuan saat Pandemi


Terjebak Modus Penipuan saat Pandemi

Oleh : Rirry Asril Putery, M.Pd


Sebagaimana perkembangan peradaban manusia modern yang sangat cepat. Seperti itu jualah, suburnya pertumbuhan model-model penipuan baru, dengan berbagai modus. Di dalam konsep perubahan menyatakan,  bahwa perubahan sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ada plus dan minusnya. Layaknya seperti dua sisi mata uang, akan selalu ada hal atau dampak positif dan negatif, di dalam sebuah perubahan. Dalam setiap perbahan yang dikehendaki akan muncul dampak berupa perubahan yang tidak dikehendaki, atau dalam suatu perubahan yang direncanakan akan muncul perubahan yang tidak direncanakan. 

Ilustrasinya begini, perubahan dalam bidang pembangunan semisal, proyek jalan atau proyek pembangunan apartemen. Di satu sisi, perubahan tersebut membuat aksestabilitas penduduk terpenuhi dengan baik, untuk mempermudah proses mobilitasnya sehari-hari, dan juga untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang pertumbuhan penduduknya terus meningkat bagaikan deret ukur, sementara ketersediaan tanah tak pernah berubah dari waktu ke waktu. Tapi di sisi lain, akan ada sebagian kecil orang yang kehilangan tempat tinggal, dan mungkin kehilangan mata pencahariannya, dikarenakan pembangunan jalan dan apartemen tersebut.   

Meningkatnya modus penipuan, memang tak terlepaskan dari keadaan perekonomian suatu bangsa. Namun bisa jadi, penyebabnya bukan hanya masalah ekonomi semata , tetapi berkaitan juga dengan masalah moral. Pada faktanya, ada sekelompok orang yang ingin mendapatkan penghasilan dengan cara mudah, semisal melakukan penipuan kepada orang lain, untuk mendapatkan uang secara cepat, dalam waktu singkat. Mereka ini dengan sengaja memanfaatkan keahliannya, dalam menggunakan teknologi untuk menipu orang lain.

Pada era pandemi Covid-19 ini, kasus penipuan semakin meningkat. Tak memandang bahwa sekarang kita tengah berada di bulan suci Ramadan, yang seharusnya kita berlomba-lomba berbuat kebaikan. Justru menjelang lebaran ini, Operandi penipuan, semakin banyak diselancarkan oleh para penipu, dengan berbagai modus. Penulis baru-baru ini merasakan sendiri, dahsyatnya modus penipuan oleh sekolompok orang, yang mari kita katakan sebagai oknum penipu. Berdasarkan pengalaman pahit tersebut, penulis terpanggil untuk berbagi kronologis ceritanya kepada para pembaca, agar pengalaman pahit yang saya alami, menjadi pembelajaran buat kita semua.

Mimpi buruk itu diawali dari sebuah drama, masuknya chat WhatsApp (WA) dari nomor Hand Phone (HP) yang tak dikenal, kepada penulis pada suatu malam. Isi chat tersebut meminta penulis, untuk memeriksa kotak pesan masuk, dan mencari sebuah pesan yang berisikan sebuah nomor verifikasi, yang diakui sebagai miliknya, yang salah sambung ke nomor penulis, karena nomornya mirip dengan nomor HP istrinya. Ketika menerima Chat tersebut, penulis tak berpikir yang aneh-aneh. Saat itu, penulis sedang asik di depan laptop, memasukan data siswa ke format excel, yang akan diimpor ke aplikasi SKL yang sedang dipersiapkan penulis untuk mengumumkan kelulusan siswa secara online.

Kurang fokus, agak lelah dan tak berpikir jernih mungkin itu alibi yang bisa penulis katakan untuk menggambarkan situasi saat itu, dari pada menggunakan bahasa lalai atau ceroboh. Saat menerima pesan tersebut penulis hanya menjawab pesan tersebut tanpa curiga dengan menanyakan kepada si pengirim pesan dengan pertanyaan, pesan apa ya maksudnya? Nomor verifikasi apa? Dan ketika orang tersebut menyampaikan pesan apa yang dimaksud, saya pun tak berpikir panjang dan langsung mempercayai orang tersebut. Dengan cekatan jari jemari penulis langsung membuka kotak pesan mencari pesan yang dimaksud lalu menyalin pesan tersebut untuk kemudian di teruskan atau dikirim ke nomor si penipu tersebut. Saat itu yang terpikir, kalau bisa mempermudah urusan orang buat apa mempersulit. Tapi niat baik membantu tersebut ternyata berujung masalah karena ketidakhati-hatian.

Malam itu tak ada kejadian aneh yang terjadi. Malam berganti pagi, pagi berganti siang hingga sampailah sore hari kurang lebih pukul 16.00, penipu itu pun mulai beraksi meretas nomor WA penulis. Diawali tetiba ada telepon masuk dari nomor asing, ketika diangkat, dari seberang telepon yang menjawab, seperti suara mesin yang berulang kali mengatakan nomor verifikasi anda 1***8* secara berulang-ulang. Seketika perasaan tak enak menyerang, langsung saja penulis spontan mematikan telepon tersebut. Tak berselang lama, disusul ada pesan yang masuk, apakah anda telah meminta nomor verifikasi? ya atau tidak? karena agak panik, ketika tangan penulis menggapai HP untuk menjawabnya, tak sengaja jari penulis menekan option ya. Lalu seketika aplikasi WA penulis blank tak dapat digunakan.

Sekitar 5 menit kemudian, telepon berdering dari adik penulis yang tinggal di kota yang berbeda dengan penulis. Dari dia, didapati informasi bahwa si peretas baru saja mengirimkan pesan chat WA ke suaminya untuk meminta sejumlah uang dengan alasan mau transfer uang tapi debit card nya sedang bermasalah. Adik ipar yang kebetulan berprofesi sebagai Polisi, langsung menyadari keanehan dan merasa ada yang tidak beres, tau kalau sedang mengalami modus penipuan, Ia langsung balik bertanya, siapa kamu? Transfer apa maksudnya? Penipu kamu ya? Namun chat tersebut tak dijawab oleh si penipu.

Tak hanya adik ipar, saudara, teman sekantor, teman alumni sekolah, teman MGMP, karib kerabat menelpon untuk memastikan, apakah barusan saya nge-chat mereka? Apakah benar itu saya? Untuk memberhentikan aksi si penipu, bermodalkan informasi tersebut, langsung saya membuat status di akun Facebook, untuk menyampaikan pengumuman bahwa nomor WA saya, telah diretas oleh orang tak bertanggung jawab. Saya memberitahu dan meyakinkan mereka bahwa itu bukan saya, abaikan saja jika ada chat atau telepon yang mengatasnamakan saya, tolong tak usah ditanggapi dan menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.

Setelah status FB itu di posting, langsung saja kolom komentar diserbu oleh testimoni kawan-kawan dumay, yang ternyata sempat di chat oleh si peretas dengan  modus yang rata-rata sama, yaitu minta dikirimkan sejumlah uang. Apesnya, si penipu nge-chat orang-orang di kontak WA saya secara random, dan yang kebetulan terpilih untuk dimodusin adalah orang-orang yang jarang, bahkan hampir tak pernah chat personal secara intens dengan saya. Pantas saja mereka tak percaya dengan chat tersebut. Dan kalau pun kebetulan yang terpilih di modusin adalah orang yang sangat dekat dan intens berkomunikasi dengan saya di room chat WA, justru mereka malah semakin tak percaya, karena tata bahasa yang digunakannya sangat berbeda, dengan kebiasaan saya berkomunikasi dengan mereka.

Selain mengupdate status di FB tentang peristiwa yang saya alami, untuk menghentikan ulah si peretas dengan mengikuti saran dari salah satu sahabat di kolom komentar FB yang menyarankan agar menghapus aplikasi WA di HP saya, karena WA hanya bisa aktif untuk satu nomor saja, ketika aplikasinya dihapus pada nomor HP saya maka otomatis si peretas tidak bisa lagi mengambil alih WA saya, maka saya langsung menghapus aplikasi WA di HP saya. Dan pertualangan si peretas mencari mangsa pun terhenti detik itu juga.

Dalam dunia yang serba digital, sangat sulit mencegah atau menghentikan penyebaran data kita di ruang publik. Untuk meminimalisasi kebocoran data pribadi kita di dumay, upayakan setelah berselancar di dumay, diakhiri dengan selalu logout, jangan menyimpan username atau password dengan cara clear cache pada browser di setiap perangkat yang kita gunakan, ketika mengakhiri penggunaanya. Selain itu dari kejadian ini, pelajaran yang dapat diambil jangan sekali-kali kita memberikan nomor verifikasi apa pun kepada orang lain, terlebih jika kita tak pernah merasa meminta nomor verifikasi, tetapi ada nomor verifikasi yang masuk ke HP kita, artinya ada peretas yang ingin meretas HP kita. Selain itu, biasakan memakai pengamanan dua langkah, untuk meningkatkan keamanan aplikasi yang kita miliki.

Pesan moral dari kejadian ini adalah, sesibuk apapun kita, berusaha tetap fokus dan berpikir jernih dalam menghadapi suatu kejadiaan atau peristiwa, dan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian.






Share:
Location: Jl. Raya Metland Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia

4 comments:

  1. se7 sister, good artikel ..be smart n be motivator..i'm proud of you..

    ReplyDelete
  2. Bagus nih mba rirry ...yg muda yg berkarya ..

    ReplyDelete