Terjebak Modus Penipuan saat Pandemi
Oleh : Rirry Asril Putery, M.Pd
Sebagaimana perkembangan
peradaban manusia modern yang sangat cepat. Seperti itu jualah, suburnya
pertumbuhan model-model penipuan baru, dengan berbagai modus. Di dalam konsep
perubahan menyatakan, bahwa perubahan
sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ada plus dan minusnya. Layaknya
seperti dua sisi mata uang, akan selalu ada hal atau dampak positif dan negatif,
di dalam sebuah perubahan. Dalam setiap perbahan yang dikehendaki akan muncul
dampak berupa perubahan yang tidak dikehendaki, atau dalam suatu perubahan yang
direncanakan akan muncul perubahan yang tidak direncanakan.
Ilustrasinya
begini, perubahan dalam bidang pembangunan semisal, proyek jalan atau proyek
pembangunan apartemen. Di satu sisi, perubahan tersebut membuat aksestabilitas
penduduk terpenuhi dengan baik, untuk mempermudah proses mobilitasnya
sehari-hari, dan juga untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang pertumbuhan
penduduknya terus meningkat bagaikan deret ukur, sementara ketersediaan tanah
tak pernah berubah dari waktu ke waktu. Tapi di sisi lain, akan ada sebagian
kecil orang yang kehilangan tempat tinggal, dan mungkin kehilangan mata
pencahariannya, dikarenakan pembangunan jalan dan apartemen tersebut.
Meningkatnya modus
penipuan, memang tak terlepaskan dari keadaan perekonomian suatu bangsa. Namun
bisa jadi, penyebabnya bukan hanya masalah ekonomi semata , tetapi berkaitan
juga dengan masalah moral. Pada faktanya, ada sekelompok orang yang ingin
mendapatkan penghasilan dengan cara mudah, semisal melakukan penipuan kepada
orang lain, untuk mendapatkan uang secara cepat, dalam waktu singkat. Mereka
ini dengan sengaja memanfaatkan keahliannya, dalam menggunakan teknologi untuk
menipu orang lain.
Pada era pandemi Covid-19
ini, kasus penipuan semakin meningkat. Tak memandang bahwa sekarang kita tengah
berada di bulan suci Ramadan, yang seharusnya kita berlomba-lomba berbuat
kebaikan. Justru menjelang lebaran ini, Operandi penipuan, semakin banyak
diselancarkan oleh para penipu, dengan berbagai modus. Penulis baru-baru ini
merasakan sendiri, dahsyatnya modus penipuan oleh sekolompok orang, yang mari
kita katakan sebagai oknum penipu. Berdasarkan pengalaman pahit tersebut,
penulis terpanggil untuk berbagi kronologis ceritanya kepada para pembaca, agar
pengalaman pahit yang saya alami, menjadi pembelajaran buat kita semua.
Mimpi buruk itu
diawali dari sebuah drama, masuknya chat
WhatsApp (WA) dari nomor Hand Phone
(HP) yang tak dikenal, kepada penulis pada suatu malam. Isi chat tersebut meminta penulis, untuk
memeriksa kotak pesan masuk, dan mencari sebuah pesan yang berisikan sebuah
nomor verifikasi, yang diakui sebagai miliknya, yang salah sambung ke nomor
penulis, karena nomornya mirip dengan nomor HP istrinya. Ketika menerima Chat tersebut, penulis tak berpikir yang
aneh-aneh. Saat itu, penulis sedang asik di depan laptop, memasukan data siswa
ke format excel, yang akan diimpor ke aplikasi SKL yang sedang dipersiapkan
penulis untuk mengumumkan kelulusan siswa secara online.
Kurang fokus, agak
lelah dan tak berpikir jernih mungkin itu alibi yang bisa penulis katakan untuk
menggambarkan situasi saat itu, dari pada menggunakan bahasa lalai atau
ceroboh. Saat menerima pesan tersebut penulis hanya menjawab pesan tersebut
tanpa curiga dengan menanyakan kepada si pengirim pesan dengan pertanyaan, pesan
apa ya maksudnya? Nomor verifikasi apa? Dan ketika orang tersebut menyampaikan
pesan apa yang dimaksud, saya pun tak berpikir panjang dan langsung mempercayai
orang tersebut. Dengan cekatan jari jemari penulis langsung membuka kotak pesan
mencari pesan yang dimaksud lalu menyalin pesan tersebut untuk kemudian di
teruskan atau dikirim ke nomor si penipu tersebut. Saat itu yang terpikir,
kalau bisa mempermudah urusan orang buat apa mempersulit. Tapi niat baik
membantu tersebut ternyata berujung masalah karena ketidakhati-hatian.
Malam itu tak ada kejadian
aneh yang terjadi. Malam berganti pagi, pagi berganti siang hingga sampailah
sore hari kurang lebih pukul 16.00, penipu itu pun mulai beraksi meretas nomor WA
penulis. Diawali tetiba ada telepon masuk dari nomor asing, ketika diangkat, dari
seberang telepon yang menjawab, seperti suara mesin yang berulang kali mengatakan
nomor verifikasi anda 1***8* secara berulang-ulang. Seketika perasaan tak enak menyerang,
langsung saja penulis spontan mematikan telepon tersebut. Tak berselang lama,
disusul ada pesan yang masuk, apakah anda telah meminta nomor verifikasi? ya
atau tidak? karena agak panik, ketika tangan penulis menggapai HP untuk menjawabnya,
tak sengaja jari penulis menekan option
ya. Lalu seketika aplikasi WA penulis blank
tak dapat digunakan.
Sekitar 5 menit
kemudian, telepon berdering dari adik penulis yang tinggal di kota yang berbeda
dengan penulis. Dari dia, didapati informasi bahwa si peretas baru saja
mengirimkan pesan chat WA ke suaminya
untuk meminta sejumlah uang dengan alasan mau transfer uang tapi debit card nya
sedang bermasalah. Adik ipar yang kebetulan berprofesi sebagai Polisi, langsung
menyadari keanehan dan merasa ada yang tidak beres, tau kalau sedang mengalami
modus penipuan, Ia langsung balik bertanya, siapa kamu? Transfer apa maksudnya?
Penipu kamu ya? Namun chat tersebut tak dijawab oleh si penipu.
Tak hanya adik
ipar, saudara, teman sekantor, teman alumni sekolah, teman MGMP, karib kerabat
menelpon untuk memastikan, apakah barusan saya nge-chat mereka? Apakah benar itu saya? Untuk memberhentikan aksi si
penipu, bermodalkan informasi tersebut, langsung saya membuat status di akun Facebook, untuk menyampaikan pengumuman
bahwa nomor WA saya, telah diretas oleh orang tak bertanggung jawab. Saya memberitahu
dan meyakinkan mereka bahwa itu bukan saya, abaikan saja jika ada chat atau telepon yang mengatasnamakan
saya, tolong tak usah ditanggapi dan menyampaikan permintaan maaf atas
ketidaknyamanan yang terjadi.
Setelah status FB
itu di posting, langsung saja kolom komentar diserbu oleh testimoni kawan-kawan
dumay, yang ternyata sempat di chat oleh si peretas dengan modus yang rata-rata sama, yaitu minta
dikirimkan sejumlah uang. Apesnya, si penipu nge-chat orang-orang di kontak WA saya secara random, dan yang kebetulan
terpilih untuk dimodusin adalah orang-orang yang jarang, bahkan hampir tak
pernah chat personal secara intens dengan saya. Pantas saja mereka tak percaya
dengan chat tersebut. Dan kalau pun
kebetulan yang terpilih di modusin adalah orang yang sangat dekat dan intens
berkomunikasi dengan saya di room chat
WA, justru mereka malah semakin tak percaya, karena tata bahasa yang
digunakannya sangat berbeda, dengan kebiasaan saya berkomunikasi dengan mereka.
Selain mengupdate status di FB tentang peristiwa
yang saya alami, untuk menghentikan ulah si peretas dengan mengikuti saran dari
salah satu sahabat di kolom komentar FB yang menyarankan agar menghapus
aplikasi WA di HP saya, karena WA hanya bisa aktif untuk satu nomor saja,
ketika aplikasinya dihapus pada nomor HP saya maka otomatis si peretas tidak
bisa lagi mengambil alih WA saya, maka saya langsung menghapus aplikasi WA di
HP saya. Dan pertualangan si peretas mencari mangsa pun terhenti detik itu
juga.
Dalam dunia yang
serba digital, sangat sulit mencegah atau menghentikan penyebaran data kita di
ruang publik. Untuk meminimalisasi kebocoran data pribadi kita di dumay,
upayakan setelah berselancar di dumay, diakhiri dengan selalu logout, jangan menyimpan username atau password dengan cara clear
cache pada browser di setiap perangkat yang kita gunakan, ketika mengakhiri
penggunaanya. Selain itu dari kejadian ini, pelajaran yang dapat diambil jangan
sekali-kali kita memberikan nomor verifikasi apa pun kepada orang lain,
terlebih jika kita tak pernah merasa meminta nomor verifikasi, tetapi ada nomor
verifikasi yang masuk ke HP kita, artinya ada peretas yang ingin meretas HP
kita. Selain itu, biasakan memakai pengamanan dua langkah, untuk meningkatkan
keamanan aplikasi yang kita miliki.
Pesan moral dari
kejadian ini adalah, sesibuk apapun kita, berusaha tetap fokus dan berpikir
jernih dalam menghadapi suatu kejadiaan atau peristiwa, dan selalu
mengedepankan prinsip kehati-hatian.
se7 sister, good artikel ..be smart n be motivator..i'm proud of you..
ReplyDeletethankyou sista..love u
DeleteBagus nih mba rirry ...yg muda yg berkarya ..
ReplyDeleteterimakasih apresiasinya bu smrtitin
Delete