SUPERVISI ASIK SAAT SITUASI PANIK
Oleh : Rirry Asril Putery, M.Pd
Supervisi adalah kegiatan
yang dibutuhkan dan wajib dilaksanakan dalam sebuah instansi untuk mengetahui
sejauh mana kegiatan sudah berjalan sesuai dengan standar operasional atau
target minimal yang telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan, Dinas Pendidikan
melakukan supervisi kepada Pengawas Sekolah, Pengawas Sekolah melakukan
supervisi terhadap Kepala Sekolah, lalu Kepala Sekolah melakukan supervisi
terhadap para Guru, di bantu oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Akademik atau Kurikulum,
dan beberapa guru senior pada sebuah satuan pendidikan. Pada situasi normal, dalam satu tahun pelajaran, supervisi bisa
dilaksanakan sebanyak dua kali, artinya tiap satu semester dilakukan satu kali supervisi,
baik secara akademis maupun manajerial.
Supervisi secara
etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan
meninjau dari atas, atau menilik dan menilai dari atas, yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahannya. Seorang supervisor
memiliki pekerjaan yang tidak mudah, ia harus mengawasi sekaligus memimpin
orang-orang yang berada di bawahnya, agar mampu bekerja sesuai dengan standar
yang diatur oleh instansi atau satuan pendidikan. Supervisi pada satuan
pendidikan adalah sebuah proses bantuan, bimbingan, dan pembinaan dari kepala
sekolah kepada guru, untuk memperbaiki proses pembelajaran, bantuan dan
bimbingan tersebut bersifat professional, dan dilaksanakan melalui dialog, untuk
memecahkan masalah pembelajaran.
Kepala sekolah
sekarang ini bukan lagi tenaga pendidik yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
manajer. Tetapi menurut peraturan terbaru kepala sekolah adalah full sebagai
seorang manajer pendidikan, yang salah satu tugasnya adalah mensupervisor
bawahannya. Kepala Sekolah sebagai supervisor di dunia pendidikan, bertugas
membantu dan menolong guru sebagai mitra kerja agar lebih professional, dalam
melaksanakan tugasnya. Artinya, supervisi pada dasarnya bukan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap para guru yang disupervisi. Tetapi esensi dari
supervisi adalah memberikan masukan ataupun saran, kiat-kiat, serta obat dari
berbagai penyakit yang ditemukan pada proses pembelajarannya. Secara singkat
supervisi akademis, dapat pula disebut sebagai sebuah kegiatan yang terencana,
dan terprogram dalam mengubah perilaku guru, agar dapat mempertinggi kualitas
proses pembelajarannya.
Umumnya, ketika
seorang guru akan di supervisi, seketika muncul rasa khawatir dan ketakutan,
akan dicari kelemahan dan kesalahan. Agar siap menjadi agen of change (agen perubahan), pola pikir seperti itu perlu
dirubah. Pelaksanaan supervisi pada intinya bukan bertujuan mencari kesalahan
atau kelemahan orang yang tengah di supervisi, melainkan untuk mencari cara;
mencari solusi; dan mencari obat untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh guru atau orang yang tengah di supervisi tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa supervisi
dibutuhkan bagi seorang guru, untuk bisa meningkatkan kemampuan dan potensi
yang dimiliki, agar tujuan pendidikan bisa tercapai, sebagaimana yang
dicita-citakan oleh sebuah instansi pendidikan. Untuk itu, sebagai tenaga
professional yang selalu ingin meningkatkan potensi professionalnya, sudah
seharusnya seorang guru, tak lagi khawatir dan takut ketika akan disupervisi.
Justru sebaliknya, supervisi menjadi kegiatan yang dinantikan, dalam rangka upaya
proses perbaikan diri.
Sejak awal bulan Maret,
terjadi perubahan teknis pembelajaran. Dikarenakan kondisi bangsa yang tengah
dilanda wabah corona virus Covid-19, kegiatan pembelajaran di sekolah dialihkan
ke rumah masing-masing. Saat ini, sudah hampir dua bulan penuh, berlangsungnya PJJ
(pembelajaran jarak jauh) dan WFH (Work
From Home). Perlu diingat, dalam kondisi kegiatan PJJ dan WFH pun, guru
harus tetap terlibat dalam proses pembelajaran. Tak hanya memberikan
tugas-tugas semata, tetapi peran guru sebagai fasilitator yang membimbing,
mengarahkan serta memonitoring, tetap diharapkan berjalan sebagaimana mestinya.
Walaupun TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sangat amat membantu kegiatan
PJJ ini, tetap saja peran guru tak dapat tergantikan oleh gawai, paket data
internet maupun orang tua siswa di rumah.
Sejauhmana
keterlibatan guru dalam proses pembelajaran selama PJJ. Untuk mengetahuinya,
tentunya Pengawas sebagai satgas (satuan petugas) pengawasan PJJ, melakukan
aktivitas supervisi ke satuan pendidikan yang menjadi sekolah binaannya.
Pengawas memerintahkan Kepala Sekolah sebagai pimpinan satuan pendidikan, untuk
melakukan supervisi kepada para guru dalam instansinya. Biasanya Kepala Sekolah
bersama-sama dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Akademik membentuk tim untuk
melakukan supervisi guna menjawab intruksi dari Pengawas Pembina. Pertanyaannya,
bagaimana cara melakukan supervisi di saat PJJ dan WFH seperti sekarang ini?; bagaimana cara
menciptakan supervisi yang asik di saat situasi panik Covid-19 ini? Jawabannya,
supervisi di saat PJJ dan WFH bisa dilakukan secara online, dengan memanfaatkan google
form sebagai instrument supervisinya. Supervisi menggunakan google form, membuat supervisi menjadi
sesuatu yang asik, walau dalam situasi panik corona virus Covid-19
Ada banyak layanan
formulir online, yang bisa
dimanfaatkan sebagai instrument evaluasi diri, untuk supervisi akademik. Antara
lain, ada google form; zoho form; zot form dan masih banyak aplikasi online lainnya yang memiliki
fitur sejenis. Dalam tulisan ini, penulis akan menitikberatkan pada pemanfaatan
aplikasi google form untuk
pelaksanaan supervisi akademik. Google
form adalah aplikasi yang sangat mudah untuk diaplikasikan sesuai dengan
kebutuhan. Untuk membuat instrument supervisi menggunakan google form tahapannya sangat sederhana, tahap pertama, tim
supervisi di sekolah, membuat terlebih dahulu daftar pertanyaan, yang akan
diberikan dalam instrument supervisi kepada guru. Daftar pertanyaan yang
dibuat, mulai dari pertanyaan pra supervisi, supervisi sampai pasca supervisi.
Membuat daftar pertanyaan pra supervisi, adalah
bagian tahapan penelitian (research), dalam
rangkaian kegiatan supervisi. Daftar pertanyaan pra supervisi yang dibuat,
mulai dari identitas, kapan kesiapan untuk bisa di supervisi sampai persiapan tools atau alat-alat yang akan
disupervisi (seperti jurnal agenda guru dan siswa, dokumen lembar kerja,
dokumen daftar hadir, daftar nilai, foto kegiatan peserta didik belajar di
rumah dll). Biasanya kegiatan pada tahapan ini dilakukan dengan teknik
wawancara, namun dikarenakan WFH, dibuatlah daftar pertanyaan atau kuesioner secara
singkat, ringan dan sederhana pada google
form. Selanjutnya, membuat daftar pertanyaan supervisi akademik online, adalah bagian tahapan penilaian (evaluation), dalam rangkaian kegiatan
supervisi. hampir sama dengan pertanyaan supervisi
akademik, yang sudah biasa dibuat. Bedanya, pada bentuk penyajian dan bukti
dokumentasi kegiatan pembelajaran, menjadi fokus utama, ketika supervisi
dilaksanakan secara online. Mulai
dari KD apa yang akan disampaikan, bentuk penyajian materinya, bentuk
evaluasinya hingga bukti jejak digital dari pelaksanaannya. Daftar pernyataan
dan pertanyaan selanjutnya, adalah tahapan perbaikan (improvement), bimbingan (Assistence)
dan kerjasama (Cooperation).
Setelah daftar
pertanyaan terinventarisir, sebagai modal membuat instrument menggunakan google form, kemudian masuk ke google search atau browser pada laman google. Ketik google formulir, lalu klik google form login (jika sudah mendaftar),
jika belum terdaftar bisa klik google
form signup, maka akan langsung terhubung dengan laman google form berbentuk blank
form (formulir kosong). Atau bisa masuk saja melalui akun google, lalu klik
google drive, klik tanda tambah,
pilih lainnya, lalu klik google formulir. Pilihlah header (kepala) instrument pra supervisinya, buat judul formulir
menjadi instrument pra supervisi, masuk ke tambah daftar pertanyaan pada google form, copy paste daftar pertanyaan yang tadi sudah disiapkan pada google document atau pada Microsoft Office
Word ke google form, setting google
formnya dengan form limiter untuk membatasi waktu
pengisian instrument. Jangan lupa, setting
juga pengaturan pengirimannya, ganti semua orang bisa melihat menjadi semua
orang bisa mengedit. Sehingga,
siapapun nanti yang mendapatkan link
google form, yang merupakan instrument pra supervisi tersebut dapat
mengisinya. Kemudian dengan cara yang sama, buat juga instrument supervisi dan
instrument pasca supervisi menggunakan google
form.
Dengan
memanfaatkan google form, dijadikan
sebagai kuesioner atau angket instrument supervisi akademik, kegiatan supervisi
memungkinkan untuk dilakukan, walaupun dalam keadaan WFH. Pengawasan sebagai
kontrol yang paling mujarab dapat tetap terealisasikan sesuai agenda dalam
kalender sekolah. Walaupun tetap harus diingat, sebagai supervisor di saat
kondisi pandemi seperti ini, jangan terlalu kaku; jangan terlalu banyak
menuntut sebuah keharusan yang seragam antara guru satu dengan yang lainnya
terutama dalam bentuk penyajian PJJ; jangan menuntut ketercapaian target
kurikulum. Karena yang utama dari supervisi kegiatan PJJ, untuk mengetahui apakah
seorang guru tetap membuat dirinya terlibat dalam proses pembelajaran?, apakah
guru dalam PJJ ini tetap memberikan intruksi?, apakah guru melakukan monitoring
dengan memberikan feed back dari pembelajaran yang tengah berlangsung?, apakah
guru tetap memberikan learning tools untuk merangsang anak berpikir kritis dan
kemudian mampu memdemontrasikannya?, dan apakah pembelajaran yang dilakukan
terukur sehingga mampu dilaksanakan dengan baik oleh peserta didik sehingga
menciptakan pembelajaran yang penuh kebermaknaan?
Supervisor yang
baik, harus mampu menciptakan suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan
keterbukaan, sehingga kegiatan supervisi lahir dari permintaan orang yang
disupervisi kepada orang yang akan melakukan supervisi kepadanya, bukan
sebaliknya. Kemudian, bersama-sama mencari cara untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang dialami, dan bersama-sama
mencari jalan mempertahankan yang sudah baik, bahkan meningkatkannya agar lebih
baik lagi.