Pandemi Paksa Guru Melek IT
Oleh Rirry Asril Putery, M.Pd (Artikel ini sudah diterbitkan di Majalah Suara Guru Online)
Penggunaan
Information Technology (IT) di masa
sekarang tentu bukan sesuatu yang asing bagi setiap orang. Kehidupan
sehari-hari manusia di masa globalisasi tidak terlepas dari penggunaan IT. Apa pun
profesinya, setiap orang, termasuk guru,
menggunakan IT dalam proses kehidupannya. Namun, apakah sudahkah bisa disebut
melek IT? Untuk menjawabnya akan muncul beberapa pertanyaan lanjutan. Apakah
penggunaannya hanya sebatas sosial media saja?; Sudahkan alat teknologi seperti
gawai dan Personal Computer (PC) yang
dimiliki dapat mendukung kegiatan guru dalam proses pembelajaran?; Dapatkah
guru memanfaatkan IT yang dimilikinya untuk membantu proses pembelajaran? Jawaban
awalnya tidak demikian, walaupun berat mengakuinya, akibat pandemi Covid-19 ini,
berdampak positif bahwa guru Indonesia jadi mendadak melek IT.
Kegiatan
pembelajaran dewasa ini, sebenarnya tidak terlepas dari penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Semua guru
dituntut untuk memanfaatkan teknologi sebagai salah satu media pembelajaran. Penggunaan IT diyakini mempermudah proses
pembelajaran, serta mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Akan
tetapi, pada praktiknya belum semua guru dapat mengaplikasikan IT, untuk
menunjang proses pengajarannya.
Ada
banyak hambatan, mengapa tidak semua guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan IT. Di antaranya adalah, lemahnya jaringan internet;
keterbatasan kuota atau paket data; kurangnya pengetahuan dan kemampuan penggunaan
gawai atau PC untuk mendukung
pembelajaran; ketidakpercayaan diri dalam memanfaatkan gawai sebagai sarana
pembelajaran dan masih banyak lagi. Berdasarkan paparan di atas, bisa disimpulkan
masih sebagian kecil guru yang melek IT.
Tanggap
dengan pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia, Pemerintah Indonesia bergegas
mengambil kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran, dengan menyerukan pemberlakuan
social distancing. Bahkan baru-baru
ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan Penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) untuk lima wilayah di Jawa Barat yakni Kota Bogor, Kota
Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi. Berdasarkan imbauan
tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan SE (Surat Edaran), terkait teknis
pembelajaran selama darurat Covid-19. Mendikbud mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan
pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh. Penerapan kebijakan ini adalah
bagian dari upaya pencegahan, menyebarnya virus secara masif di Indonesia.
Sistem
pembelajaran secara daring Ini, mulai dilaksanakan pada pertengahan Maret 2020.
Semua guru dan siswa dirumahkan. Perlu digarisbawahi mereka bukan diliburkan,
akan tetapi belajar dan mengajar dari rumah masing-masing. Artinya setiap guru
memiliki tanggung jawab sebagai fasilitator sebagaimana biasanya, agar proses
pembelajaran daring ini terlaksana layaknya ketika siswa belajar di sekolah.
Dalam penentuan teknis pembelajaran, sekolah harus memperhatikan imbauan
pemerintah, untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan. Mas Menteri
dengan tegas menyampaikan, jangan membebani siswa dengan tugas-tugas yang
tujuannya mengejar target kurikulum. Pemerintah mengarahkan agar memberikan
tugas, seputar pengetahuan akan Covid-19, mulai dari apa itu covid-19?; apa
bahaya jika tertular?; sampai bagaimana upaya pencegahannya?
Di
awal bergulirnya kebijakan belajar daring ini, banyak sekali broadcast massage masuk ke group chat WhatsApp para guru. Isi broadcast tersebut, tentang rekomendasi
beberapa alternatif pilihan portal rumah belajar daring. Beberapa diantaranya sudah familiar dan
sisanya mungkin baru didengar atau diketahui oleh para guru. Pada kenyataannya,
banyaknya beredar informasi tersebut bukan membuat guru lebih ringan langkahnya,
dalam menyambut pelaksanaan pembelajaran daring ini. Banyak guru, khususnya di
SMP Negeri 2 Cibitung yang menyampaikan kebingungannya.
Untuk
mengatasi hal tersebut, dalam mempersiapkan pembelajaran daring, setiap sekolah
mengadakan rapat internal, untuk menentukan teknis dan bentuk penyajian
kegiatan belajarnya. Keputusan yang diambil oleh setiap sekolah tentunya berbeda-beda.
Teknis pembelajaran yang dipilih mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari
kemampuan guru dan siswa dalam pengaplikasian IT untuk pembelajaran,
ketersediaan sarana IT di antara guru dan siswa hingga sampai masalah kemungkinan
ketersediaan jaringan internetnya.
Berdasarkan
hasil rapat yang dihadiri 95% guru pengajar SMP Negeri 2 Cibitung, memutuskan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran daring/jarak jauh dengan beberapa
teknik bentuk penyajian. Dalam sambutan pembukaan rapat, Kepala Sekolah
menegaskan, tidak memaksakan guru untuk melaksanakan pembelajaran daring.
Tetapi dalam pengarahannya, Kepala Sekolah berharap kesempatan ini bisa
dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan penggunaan IT sebagai sarana dalam
pembelajaran. Terutama kepada guru-guru muda atau angkatan milenial agar bisa
melaksanakan pembelajaran secara daring. Dan berharap guru angkatan lama atau guru
konvensional pun dapat melaksanakan pula pembelajaran daring.
Pada
kegiatan inti rapat, saya selaku PKS Kurikulum memberikan beberapa alternatif,
kepada para guru mengenai bentuk penyajian selama pembelajaran daring. Pilihannya antara lain, memberikan tugas via chat pada group WhatsApp kelas, portal rumah belajar daring seperti Google Classroom, Kelase, aplikasi Zoom Cloud
Meeting, aplikasi Cisco Webex,
soal daring melalui Google Formulir, Quizizz
dan lainnya. Seketika suasana rapat berubah hening. Tampak kebingungan di wajah
rekan-rekan guru. Di kepala mereka muncul banyak pertanyaan. Diantaranya, Apa lagi
itu maksudnya? Seperti apa bentuknya? Bagaimana cara penggunaannya? Seketika
muncul kekhawatiran di raut wajah mereka, akankah mampu melaksanakan satu
diantaranya.
Tanggap
terhadap berbagai ekspresi dan reaksi tersebut, saya selaku kurikulum dengan
sigap segera mempresentasikan beberapa tutorial penggunaan aplikasi pendukung
pembelajaran daring. Dari mulai bagaimana membuat google classroom, memberikan tugas kepada siswa melalui google classroom, membuat presensi dan
soal daring dengan google formulir, menggunakan aplikasi Zoom untuk pembelajaran virtual. Singkat cerita kegalauan yang tadi
tampak jelas di wajah mereka mulai berkurang bahkan hilang. Akhirnya mereka
menyadari dan memahami bahwa keberadaan gawai, yang tak pernah berada jauh dari mereka
sehari-harinya, mengapa bisa disebut sebagai smartphone. Itu disebabkan karena, gawai tersebut memiliki fungsi
lebih selain hanya untuk komunikasi di berbagai media sosial.
Keadaan
akibat pendemi Covid-19, secara tidak langsung menuntut guru-guru Indonesia
menjadi melek IT. Satu persatu guru mempraktikkan tutorial yang diberikan oleh
kurikulum ataupun yang didapat melalui you
tube dengan semangat 45. Guru yang muda membimbing yang tua, dan yang tua
tak gengsi untuk bertanya kepada yang muda. Bahkan sesekali melibatkan siswa
dalam percobaan latihan bentuk penyajian pembelajaran daringnya. Berkat latihan
yang gigih, secara bertahap skill
merekapun terasah. Trial dan eror adalah sesuatu yang lumrah dalam
setiap kegiatan atau hal yang baru dilakukan. Kuncinya adalah pantang menyerah
untuk menjadi bisa.
Hari
ini sudah hampir satu bulan pelaksanaan pembelajaran daring berjalan. Sebagai
generasi milenial yang sangat dekat dengan IT, pembelajaran daring ini sangat
diminati siswa. Mereka menyambut gembira dan sangat antusias melaksanakan pembelajaran.
Reaksi ini tentu membuat guru semakin semangat dan terpacu untuk belajar
menggunakan fasilitas IT dalam pembelajaran. Berbagai ajakan lokakarya atau
seminar virtual guru melek IT pun semakin banyak berdatangan dan selalu banyak
partisipannya. Selama Work From Home
ini diberlakukan, guru betul-betul memanfaatkan waktu mereka, untuk
meningkatkan kompetensi dalam pemanfaatan IT. Pendemi Covid-19 ini membuat Guru
mendadak menjadi Melek IT.
http://suaraguruonline.com/pandemi-paksa-guru-melek-it/
0 comments:
Post a Comment